Januari & Kisah Kepahlawanan di Tangerang Selatan

Bagi masyarakat Tangsel tentu sudah tak asing dengan nama Jalan Soebianto di Lengkong Wetan, begitupula dengan nama Jalan Kapten Soebijanto di Rawa Buntu. Ada pula Jalan Letnan Soetopo di Lengkong Gudang Timur.

Siapakah Soebijanto dan Soetopo?

25 Januari 1946, sore di penghujung Januari itu tiba-tiba mencekam. Pertempuran heroik tak berimbang terjadi antara Taruna Akademi Militer dibawah Komando Mayor Daan Mogot dari Resimen IV TRI dengan pasukan Jepang.

Pasukan Jepang yang menolak menyerahkan senjatanya menembaki para taruna secara brutal. Sebanyak 33 taruna gugur bersama Mayor Daan Mogot, Kapten Soebijanto dan Letnan Soetopo.

25 Januari kemudian ditetapkan sebagai Hari Bakti Taruna, dan Mayor Daan Mogot dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional. Namanya diabadikan menjadi nama jalan penghubung Provinsi Banten dengan Ibukota.

Soebijanto dan Soetopo, adalah dua orang Kakak Beradik. Keduanya putra dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo, seorang tokoh nasional pendiri Bank BNI yang juga salah seorang anggota BPUPKI.

Mendengar nama Soebijanto rasanya tidak asing di telinga Kita, ya nama tersebut menjadi nama belakang dari Pak Prabowo, Calon Presiden nomor urut 02 pada Pemilu 17 April nanti.

Ayah Pak Prabowo adalah Soemitro Djojohadikusumo, Kakak dari Soebijanto dan Soetopo.

Berbeda dengan Kedua adiknya, Soemitro memilih melanjutkan perjuangan ayahnya RM Margono di bidang ekonomi. Hingga Soemitro dikenang sebagai seorang begawan ekonomi Indonesia.

Untuk mengenang adiknya yang gugur, nama Soebijanto disematkan kepada Putranya yang kelak mengikuti jejak pamannya mengabdi sebagai seorang prajurit.

Dalam pidato kebangsaan sekaligus penyampaian Visi Indonesia Menang, Pak Prabowo mengutip sebaris puisi yang ditemukan dalam saku baju seorang prajurit yang gugur.

“Kita tidak sendirian, beribu-ribu orang bergantung kepada kita. Rakyat yang tak pernah kita kenal, rakyat yang mungkin tak akan pernah kita kenal. Tetapi apa yang kita lakukan sekarang, akan menentukan apa yang terjadi kepada mereka”

Pak Prabowo tidak menyebut nama prajurit tersebut. Sehingga Kita semua tidak sadar, pemilik puisi tersebut tak lain dan tak bukan adalah paman Pak Prabowo sendiri, Kapten Soebijanto.

Oleh: Paramitha Messayu, S. Si., M. Sc.
(Caleg Muda PKS, Jurkamnas Prabowo Sandi)